Gurun
pasir tidak melulu pasir. Di beberapa lokasinya terdapat danau-danau
alam yang airnya berasal dari sumber air setempat maupun yang berasal
dari curah hujan tahunan. Di sini juga biasanya dijumpai pepohonan palem
dan bahkan tanaman-tanaman buah dan taman yang subur. Di lokasi oasis
seperti inilah biasanya populasi terbentuk. Sayangnya banyak yang lenyap
karena berbagai sebab. 1. Danau-danau Ubari, Oasis Erg Awbari, Sahara Lokasinya
dekat Fezzan dan 30 km sebelah utara Germa, Libia. Danau berair asin
ini merupakan suatu lokasi pusat perdagangan bagi warga setempat yang
kebanyakan menjual suvenir dan barang-barang lainnya di pinggir danau. Umm
Al-Maa, yang berarti Ibu Air, merupakan salah satu danau terbesar di
oasis ini. Sayangnya, seperti danau-danau lainnya, lapisan air di area
ini demikian dalam sehingga danau-danau ini mulai mengering. Berbarengan
dengan airnya yang mulai kotor, tingkat garamnya pun saat ini sama
dengan di Laut Mati. Tingginya garam di danau Umm Al-Maa membuat Anda
mudah terapung jika berendam di sini. Bekas
kota Gebraoun yang telah ditinggalkan penghuninya terletak tidak jauh
dari sini dengan reruntuhan bangunan yang impresif menunjukkan bahwa
danau-danau di sini pernah menjadi gantungan hidup yang memadai dan
berkualitas. 2. Oasis Huacachina, Peru Hucachina
merupakan kota oasis kecil di daerah Ica, barat daya Peru. Oasis yang
diberi nama “Oasis of Americas” ini merupakan resort populer di kalangan
turis asing maupun domestik. Legenda setempat menceritakan bahwa danau
ini terbentuk saat pemburu muda mengganggu seorang puteri cantik yang
sedang mandi. Puteri tersebut segera pergi menghilang meninggalkan kolam
air yang kemudian menjadi danau. 3. Oasis Turpan, China Turpan,
atau dikenal juga dengan nama Tulufan, merupakan kota oasis di daerah
Xinjiang Uygur, China. Berjarak hanya 8 km sebelah barat reruntuhan kota
Jiaohe, suatu daerah batas pasukan garnisun yang dihancurkan oleh
Genghis Khan pada jaman dinasti Han. 4. Danau Gurun di Brasil Danau
gurun yang indah ini terletak di Lençóis Maranhenses National Park,
Maranhao, Brasil. Terbentuk sebagai bagian dari suatu sistem danau air
tawar yang berasal dari hujan selama enam bulan pertama tiap tahunnya
dan kemudian akan menguap secara bertahap dan tahun berikutnya airnya
akan meninggi kembali. Beberapa danau di antaranya terdapat pepohonan
palem, sementara yang lainnya gersang 5. Danau Creescent di Gurun Gobi China Danau
gurun ini berlokasi di ujung sebuah kota kuno yang bisa dijumpai pada
perjalanan sepanjang Silk Road ke Barat. Saat ini mulai mengering dan
turun lebih dari 25 feet sepanjang 30 tahun terakhir karena digunakan
langsung oleh petani dan populasi yang semakin meningkat. Ini
mengakibatkan berangsur menghilangnya danau ini yang telah ada sejak
ribuan tahun yang lalu. 6. Oasis Chebika, Tunisia Oasis
cantik ini mungkin adalah oasis yang paling banyak dilihat orang tanpa
orang menyadarinya. Di sinilah lokasi pembuatan film Star Wars Episode
IV: A New Hope. Nama oasis inipun akhirnya diambil dari salah satu
karakter di film tersebut yaitu Chewbacca. 7. Oasis Timia, Gurun Sahara, Nigeria Oasis
Timia berlokasi di Aïr Mountains (Nigeria utara), merupakan oasis
paling indah di negara ini karena suatu alasan. Bukan hanya karena
gambaran sebuah danau di tengah gurun dengan beberapa pohon palemnya
saja, di dalamya juga terdapat taman-taman subur dengan tanaman jeruk
dan buah delima yang siap dipetik dan dimakan di tempat (dengan membayar
tentunya). Beberapa
jenis pohon buah-buahan lainnya, sereal, dan sayur-sayuran juga tumbuh
di sini. Hasil panennya bahkan juga dikirim ke daerah lain di Nigeria. 8. Oasis di Oman Oasis
hijau ini tersembunyi di tengah gurun Oman. Beberapa oasis di
kesultanan Oman kerap dijadikan tempat studi botanikal di bidang
agro-biodiversity. Para peneliti juga mencari sebab mengapa jumlah oasis
berkurang dengan cepat. Sebenarnya
masih banyak oasis alami lainnya di muka bumi ini, tapi setidaknya
inilah yang masih tersisa dan dimanfaatkan manusia dan terdokumentasi.
Gurun
pasir tidak melulu pasir. Di beberapa lokasinya terdapat danau-danau
alam yang airnya berasal dari sumber air setempat maupun yang berasal
dari curah hujan tahunan. Di sini juga biasanya dijumpai pepohonan palem
dan bahkan tanaman-tanaman buah dan taman yang subur. Di lokasi oasis
seperti inilah biasanya populasi terbentuk. Sayangnya banyak yang lenyap
karena berbagai sebab. 1. Danau-danau Ubari, Oasis Erg Awbari, Sahara Lokasinya
dekat Fezzan dan 30 km sebelah utara Germa, Libia. Danau berair asin
ini merupakan suatu lokasi pusat perdagangan bagi warga setempat yang
kebanyakan menjual suvenir dan barang-barang lainnya di pinggir danau. Umm
Al-Maa, yang berarti Ibu Air, merupakan salah satu danau terbesar di
oasis ini. Sayangnya, seperti danau-danau lainnya, lapisan air di area
ini demikian dalam sehingga danau-danau ini mulai mengering. Berbarengan
dengan airnya yang mulai kotor, tingkat garamnya pun saat ini sama
dengan di Laut Mati. Tingginya garam di danau Umm Al-Maa membuat Anda
mudah terapung jika berendam di sini. Bekas
kota Gebraoun yang telah ditinggalkan penghuninya terletak tidak jauh
dari sini dengan reruntuhan bangunan yang impresif menunjukkan bahwa
danau-danau di sini pernah menjadi gantungan hidup yang memadai dan
berkualitas. 2. Oasis Huacachina, Peru Hucachina
merupakan kota oasis kecil di daerah Ica, barat daya Peru. Oasis yang
diberi nama “Oasis of Americas” ini merupakan resort populer di kalangan
turis asing maupun domestik. Legenda setempat menceritakan bahwa danau
ini terbentuk saat pemburu muda mengganggu seorang puteri cantik yang
sedang mandi. Puteri tersebut segera pergi menghilang meninggalkan kolam
air yang kemudian menjadi danau. 3. Oasis Turpan, China Turpan,
atau dikenal juga dengan nama Tulufan, merupakan kota oasis di daerah
Xinjiang Uygur, China. Berjarak hanya 8 km sebelah barat reruntuhan kota
Jiaohe, suatu daerah batas pasukan garnisun yang dihancurkan oleh
Genghis Khan pada jaman dinasti Han. 4. Danau Gurun di Brasil Danau
gurun yang indah ini terletak di Lençóis Maranhenses National Park,
Maranhao, Brasil. Terbentuk sebagai bagian dari suatu sistem danau air
tawar yang berasal dari hujan selama enam bulan pertama tiap tahunnya
dan kemudian akan menguap secara bertahap dan tahun berikutnya airnya
akan meninggi kembali. Beberapa danau di antaranya terdapat pepohonan
palem, sementara yang lainnya gersang 5. Danau Creescent di Gurun Gobi China Danau
gurun ini berlokasi di ujung sebuah kota kuno yang bisa dijumpai pada
perjalanan sepanjang Silk Road ke Barat. Saat ini mulai mengering dan
turun lebih dari 25 feet sepanjang 30 tahun terakhir karena digunakan
langsung oleh petani dan populasi yang semakin meningkat. Ini
mengakibatkan berangsur menghilangnya danau ini yang telah ada sejak
ribuan tahun yang lalu. 6. Oasis Chebika, Tunisia Oasis
cantik ini mungkin adalah oasis yang paling banyak dilihat orang tanpa
orang menyadarinya. Di sinilah lokasi pembuatan film Star Wars Episode
IV: A New Hope. Nama oasis inipun akhirnya diambil dari salah satu
karakter di film tersebut yaitu Chewbacca. 7. Oasis Timia, Gurun Sahara, Nigeria Oasis
Timia berlokasi di Aïr Mountains (Nigeria utara), merupakan oasis
paling indah di negara ini karena suatu alasan. Bukan hanya karena
gambaran sebuah danau di tengah gurun dengan beberapa pohon palemnya
saja, di dalamya juga terdapat taman-taman subur dengan tanaman jeruk
dan buah delima yang siap dipetik dan dimakan di tempat (dengan membayar
tentunya). Beberapa
jenis pohon buah-buahan lainnya, sereal, dan sayur-sayuran juga tumbuh
di sini. Hasil panennya bahkan juga dikirim ke daerah lain di Nigeria. 8. Oasis di Oman Oasis
hijau ini tersembunyi di tengah gurun Oman. Beberapa oasis di
kesultanan Oman kerap dijadikan tempat studi botanikal di bidang
agro-biodiversity. Para peneliti juga mencari sebab mengapa jumlah oasis
berkurang dengan cepat. Sebenarnya
masih banyak oasis alami lainnya di muka bumi ini, tapi setidaknya
inilah yang masih tersisa dan dimanfaatkan manusia dan terdokumentasi.
Sebuah danau kuno yang membentang sepanjang 350 kilometer ditemukan di bawah lautan pasir Gurun Sahara, Mesir.
Pakar Geologi Ted Maxwell dari Smithsonian National Air dan Museum
Space, Washington DC, menguji gambar beresolusi tinggi di barat daya
Mesir yang diambil menggunakan Shuttle Radar Topografi Mission (SRTM)
milik NASA.
SRTM merupakan sebuah sistem radar modifikasi, yang menempel pada
Space Shuttle Endeavour, yang diluncurkan sejak Februari 2000. Sistem
ini berhasil mengidentifikasi suatu daerah di Tushka, di mana air danau
terbentuk dari luapan Sungai Nil.
Danau itu muncul sekitar 250 ribu tahun lalu, selama periode iklim
basah saat wilayah tersebut masih tertutup padang rumput. Saat pasang,
danau itu memiliki luas sekitar 68.200 kilometer persegi. Namun, danau
itu mengering sejak 80 ribu tahun yang lalu.
Perkiraan luas danau itu mungkin akan menjelaskan bagaimana fosil
ikan dari periode akhir interglacial ditemukan di Bir Tarfawi, sekitar
400 kilometer barat Sungai Nil. Fosil ini juga ditemukan di ujung utara
saluran limpasan Selima Oasis di Sudan.
Bukti untuk mega-danau ini terdeteksi di Chad, Sudan dan Libya.
Lokasi oasis kuno ini bisa membantu menjelaskan pola migrasi manusia
purba
Sebuah danau kuno yang membentang sepanjang 350 kilometer ditemukan di bawah lautan pasir Gurun Sahara, Mesir.
Pakar Geologi Ted Maxwell dari Smithsonian National Air dan Museum
Space, Washington DC, menguji gambar beresolusi tinggi di barat daya
Mesir yang diambil menggunakan Shuttle Radar Topografi Mission (SRTM)
milik NASA.
SRTM merupakan sebuah sistem radar modifikasi, yang menempel pada
Space Shuttle Endeavour, yang diluncurkan sejak Februari 2000. Sistem
ini berhasil mengidentifikasi suatu daerah di Tushka, di mana air danau
terbentuk dari luapan Sungai Nil.
Danau itu muncul sekitar 250 ribu tahun lalu, selama periode iklim
basah saat wilayah tersebut masih tertutup padang rumput. Saat pasang,
danau itu memiliki luas sekitar 68.200 kilometer persegi. Namun, danau
itu mengering sejak 80 ribu tahun yang lalu.
Perkiraan luas danau itu mungkin akan menjelaskan bagaimana fosil
ikan dari periode akhir interglacial ditemukan di Bir Tarfawi, sekitar
400 kilometer barat Sungai Nil. Fosil ini juga ditemukan di ujung utara
saluran limpasan Selima Oasis di Sudan.
Bukti untuk mega-danau ini terdeteksi di Chad, Sudan dan Libya.
Lokasi oasis kuno ini bisa membantu menjelaskan pola migrasi manusia
purba
Misteri peradaban kuno Chachapoyas ‘Masyarakat Awan’ di puncak Amazon, Peru. Kota kuno Chachapoyas,
negeri orang-orang awan yang hilang ratusan tahun lalu berhasil
ditemukan. Sebutan “masyarakat awan” mungkin karena mengacu pada
pegunungan andes yang selalu berselimut awan. Kehidupan dan kebudayaan
kota kuno yang eksis sejak abad ke-9 ini, sampai sekarang masih misteri
dan sulit diungkap karena mereka tidak banyak meninggalkan catatan.
Meski hilang tanpa jejak selama ratusan tahun, namun jejak peradaban
kota Chachapoyas yang kini masuk wilayah utara Peru, masih bisa
ditemukan. Deretan patung-patung menghadap ke matahari terbit yang
terkenal dengan sebutan “prajurit awan” tetap berdiri tegak hingga kini. Patung-patung itu melambangkan keperkasaan masyarakat mereka di masa lalu. Situs Karija ini dibangun hampir 1 milenium.
Sebenarnya itu merupakan kuburan, setiap patung melambangkan tokoh yang
di makamkan di sana. Mungkin bisa dibilang mirip dengan situs-situs
makam di Tanah Toraja, Sulawesi.
Patung-patung itu terbuat dari clay dan plant matt di mana di dalamnya berisi mumi para tokoh Chachapoyas.
Yang uniknya posisi patung berisi mumi itu sangat sulit dijangkau.
Entah bagaimana masyarakat pada jaman itu membawa dan menempatkannya di
sana. Sebab, telah diteliti, tidak ada jalan yang bisa diakses menuju
tempat itu.
Kisah bangaimana kehidupan di Chachapoyas nyaris menjadi misteri karena tempatnya sangat terisolir. Kota kuno Chachapoyas
yang hilang ini, ditemukan tahun 2008 di hutan lebat Amazon, yang
sangat terisolir, oleh tim ekspedisi arkeologi. Jaraknya sekitar 500 km
sebelah timur laut Lima.
Tim arkeologi menemukan benteng-benteng dari batu serta
bangunan-bangunan yang berada di tepi jurang, sisa-sisa tembok yang
memuat lukisan-lukisan yang di pahat di bebatuan. Mungkin ini dibangun
mereka untuk melindungi dari musuh.
Sayangnya, tidak banyak yang tahu tentang keberadaan kota kuno Chachapoyas
ini. Hanya sedikit catatan tentang hal itu, termasuk tentang kebudayaan
mereka yang berkembang di abad ke-9. Kenyataannya, kota kuno Chachapoyas itu berada di puncak ketinggian. Diduga, kota di ketinggian itu sengaja dikembangkan untuk pertahanan terhadap musuh.
Akan tetapi nasib mereka menjadi tak menentu ketika kekaisaran Inca semakin berkembang dan berhasil menaklukkan mereka 500 tahun lalu. Meskipun bangsa Chachapoyas
sempat memberi perlawanan keras, namun kekuatan Inca tak
tertandingi. Keberuntungan datang ketika Spanyol datang pada 1535.
Sisa-sisa suku Chachapoyas berpihak pada Spanyol untuk berperang melawan
suku Inca. Namun kemudian datang penyakit orang Eropa, yakni cacar,
yang melenyapkan populasi mereka.
Penulis sejarah Cieza Pedro de León menulis, sosok
orang-orang Chachapoyas berkulit putih dan tampan, kaum wanitanya
cantik-cantik, itulah sebabnya banyak orang Inca ingin menjadikan mereka
istri. Makam tokoh orang-orang awan ini di chullas, di
sisi tebing yang dicat dengan atap runcing, khususnya yang ditemukan di
Revash. Namun yang paling mengesankan dari peninggalan konstruksi
Chachapoyas adalah Kuelap, benteng monumental yang berada 9.500 meter di
atas permukaan laut. Bangunan itu bagian luarnya dilindungi oleh
batu-batu besar.
Kuelap
Di Kuelap ada sekitar empat ratus gedung yang mungkin ditempati oleh sekitar 3.500 jiwa. Bandingkan dengan bangunan milik bangsa Inca, Manchu Picchu yang terkenal. Kompleks ini (Kuelap) menunjukkan bahwa bangsa Chachapoyas pada 1000 tahun lalu telah mampu membuat suatu yang luar biasa.
Siapa yang tahu, apalagi yang akan ditemukan di pedalaman andes amazon? Semua memang masih misteri, seperti misterius nya Chachapoyas. Minimnya catatan tentang suku Chachapoyas ini memunculkan pesimis apakah bisa menguak kisah “orang-orang awan” ini
Misteri peradaban kuno Chachapoyas ‘Masyarakat Awan’ di puncak Amazon, Peru. Kota kuno Chachapoyas,
negeri orang-orang awan yang hilang ratusan tahun lalu berhasil
ditemukan. Sebutan “masyarakat awan” mungkin karena mengacu pada
pegunungan andes yang selalu berselimut awan. Kehidupan dan kebudayaan
kota kuno yang eksis sejak abad ke-9 ini, sampai sekarang masih misteri
dan sulit diungkap karena mereka tidak banyak meninggalkan catatan.
Meski hilang tanpa jejak selama ratusan tahun, namun jejak peradaban
kota Chachapoyas yang kini masuk wilayah utara Peru, masih bisa
ditemukan. Deretan patung-patung menghadap ke matahari terbit yang
terkenal dengan sebutan “prajurit awan” tetap berdiri tegak hingga kini. Patung-patung itu melambangkan keperkasaan masyarakat mereka di masa lalu. Situs Karija ini dibangun hampir 1 milenium.
Sebenarnya itu merupakan kuburan, setiap patung melambangkan tokoh yang
di makamkan di sana. Mungkin bisa dibilang mirip dengan situs-situs
makam di Tanah Toraja, Sulawesi.
Patung-patung itu terbuat dari clay dan plant matt di mana di dalamnya berisi mumi para tokoh Chachapoyas.
Yang uniknya posisi patung berisi mumi itu sangat sulit dijangkau.
Entah bagaimana masyarakat pada jaman itu membawa dan menempatkannya di
sana. Sebab, telah diteliti, tidak ada jalan yang bisa diakses menuju
tempat itu.
Kisah bangaimana kehidupan di Chachapoyas nyaris menjadi misteri karena tempatnya sangat terisolir. Kota kuno Chachapoyas
yang hilang ini, ditemukan tahun 2008 di hutan lebat Amazon, yang
sangat terisolir, oleh tim ekspedisi arkeologi. Jaraknya sekitar 500 km
sebelah timur laut Lima.
Tim arkeologi menemukan benteng-benteng dari batu serta
bangunan-bangunan yang berada di tepi jurang, sisa-sisa tembok yang
memuat lukisan-lukisan yang di pahat di bebatuan. Mungkin ini dibangun
mereka untuk melindungi dari musuh.
Sayangnya, tidak banyak yang tahu tentang keberadaan kota kuno Chachapoyas
ini. Hanya sedikit catatan tentang hal itu, termasuk tentang kebudayaan
mereka yang berkembang di abad ke-9. Kenyataannya, kota kuno Chachapoyas itu berada di puncak ketinggian. Diduga, kota di ketinggian itu sengaja dikembangkan untuk pertahanan terhadap musuh.
Akan tetapi nasib mereka menjadi tak menentu ketika kekaisaran Inca semakin berkembang dan berhasil menaklukkan mereka 500 tahun lalu. Meskipun bangsa Chachapoyas
sempat memberi perlawanan keras, namun kekuatan Inca tak
tertandingi. Keberuntungan datang ketika Spanyol datang pada 1535.
Sisa-sisa suku Chachapoyas berpihak pada Spanyol untuk berperang melawan
suku Inca. Namun kemudian datang penyakit orang Eropa, yakni cacar,
yang melenyapkan populasi mereka.
Penulis sejarah Cieza Pedro de León menulis, sosok
orang-orang Chachapoyas berkulit putih dan tampan, kaum wanitanya
cantik-cantik, itulah sebabnya banyak orang Inca ingin menjadikan mereka
istri. Makam tokoh orang-orang awan ini di chullas, di
sisi tebing yang dicat dengan atap runcing, khususnya yang ditemukan di
Revash. Namun yang paling mengesankan dari peninggalan konstruksi
Chachapoyas adalah Kuelap, benteng monumental yang berada 9.500 meter di
atas permukaan laut. Bangunan itu bagian luarnya dilindungi oleh
batu-batu besar.
Kuelap
Di Kuelap ada sekitar empat ratus gedung yang mungkin ditempati oleh sekitar 3.500 jiwa. Bandingkan dengan bangunan milik bangsa Inca, Manchu Picchu yang terkenal. Kompleks ini (Kuelap) menunjukkan bahwa bangsa Chachapoyas pada 1000 tahun lalu telah mampu membuat suatu yang luar biasa.
Siapa yang tahu, apalagi yang akan ditemukan di pedalaman andes amazon? Semua memang masih misteri, seperti misterius nya Chachapoyas. Minimnya catatan tentang suku Chachapoyas ini memunculkan pesimis apakah bisa menguak kisah “orang-orang awan” ini
Monday, January 13, 2014
Mungkin tidak ada monster legendaris yang lebih mengerikan
dibandingkan dengan Kraken, penguasa lautan yang membuat para pelaut
bergidik ketakutan. Apa yang menarik dari legenda Kraken adalah adanya
kemungkinan kalau legenda ini mungkin memang berdasarkan pada sesuatu
yang nyata. Kraken adalah seekor monster yang digambarkan
sebagai makhluk raksasa yang berdiam di lautan wilayah Islandia dan
Norwegia. Makhluk ini disebut sering menyerang kapal yang lewat dengan
cara menggulungnya dengan tentakel raksasanya dan menariknya ke bawah.
Kata Kraken sendiri berasal dari Kata “Krake” dari
bahasa Skandinavia yang artinya merujuk kepada hewan yang tidak sehat
atau sesuatu yang aneh. Kata ini masih digunakan di dalam bahasa jerman
modern untuk merujuk kepada Gurita.
Begitu populernya makhluk ini sampai-sampai ia sering disinggung di dalam film-film populer seperti Pirates of the Caribbean atau Clash of The Titans. Jika ada makhluk raksasa penguasa lautan, maka Krakenlah namanya. Karakter Kraken
Kita mungkin mengira Kraken hanyalah sebuah bagian dari dongeng, namun
sebenarnya tidak demikian. Sebutan Kraken pertama kali muncul dalam buku
Systema Naturae yang ditulis Carolus Linnaeus pada tahun 1735.
Mr. Linnaeus adalah orang yang pertama kali mengklasifikasi makhluk
hidup ke dalam golongan-golongannya. Dalam bukunya itu, ia
mengklasifikasikan Kraken ke dalam golongan Chepalopoda dengan nama
latin Microcosmus. Jadi, boleh dibilang kalau Kraken memiliki tempat di
dalam sains modern.
Erik Ludvigsen Pontopiddan, Uskup Bergen yang juga seorang naturalis, pernah menulis di dalam bukunya Natural History of Norway yang terbit tahun 1752 kalau Kraken “tidak bisa disangkal, adalah monster laut terbesar yang pernah dikenal“.
Menurut Pontopiddan, Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau yang
terapung dan memiliki tentakel seperti bintang laut. Ia juga
menyebutkan kalau makhluk ini bisa menggulung kapal yang lewat dengan
tentakelnya dan menariknya ke dasar lautan. Namun, menurut Pontopiddan,
bahaya terutama dari Kraken adalah riak air yang dashyat ketika ia
menyelam ke dalam laut. Riak itu bisa menenggelamkan kapal yang ada di
dekatnya.
Menariknya, selain menggambarkan Kraken sebagai makhluk yang
berbahaya, Pontopiddan juga menulis mengenai sisi lain dari makhluk
misterius ini. Ia menyebutkan kalau ikan-ikan di laut suka berada di
dekat Kraken. Karena itu juga, para nelayan Norwegia yang mengetahui hal
ini suka mengambil risiko untuk menangkap ikan dengan membawa kapalnya
hingga berada tepat di atas Kraken.
Jika mereka pulang dengan membawa hasil tangkapan yang banyak, para
penduduk desa tahu kalau para nelayan tersebut pastilah telah menangkap
ikan tepat di atas Kraken.
Sejak lama, makhluk ini hanya dianggap sebagai bagian dari Mitologi
kuno yang setara dengan sebuah dongeng. Namun ketika sisa-sisa bangkai
monster ini terdampar di pantai Albaek, Denmark, Pada tahun 1853, para
ilmuwan mulai menyadari kalau legenda mengenai Kraken mungkin memang
berdasarkan pada sesuatu yang nyata, yaitu cumi-cumi raksasa (Giant Squid), cumi-cumi kolosal (Colossal Squid) atau Gurita raksasa (Giant Octopus).
Seberapa besarkan seekor cumi atau gurita bisa bertumbuh?
Benarkan mereka bisa menyerang sebuah kapal besar seperti yang digambarkan di film-film?
Penampakan Signifikan
Pada tahun 1801, Pierre Denys de Montfort yang
menyelidiki subjek mengenai Kraken menemukan kalau di Kapel St.Thomas di
St.Malo, Brittany, Perancis, ada sebuah lukisan yang menggambarkan
seekor gurita raksasa sedang menyerang sebuah kapal dengan cara
menggulungnya dengan tentakelnya. Insiden yang tergambar dalam lukisan
tersebut ternyata berdasarkan pada peristiwa nyata.
Dikisahkan
kalau kapal tersebut adalah kapal Norwegia yang sedang berada di lepas
pantai Angola. Ketika mendapatkan serangan tak terduga tersebut, para
pelaut di atas kapal lalu membuat sebuah kaul untuk St.Thomas yaitu jika
mereka dapat terlepas dari bahaya ini, mereka akan melakukan perjalanan
ziarah.
Para awak kapal kemudian mengambil kapak dan mulai melawan monster
itu dengan memotong tentakel-tentakelnya. Monster itupun pergi. Sebagai
pemenuhan atas kaul itu, para awak kemudian mengunjungi Kapel St.Thomas
di Britanny dan menggantung lukisan itu sebagai ilustrasi atas peristiwa
yang menimpa mereka.
Sayangnya, peristiwa yang menimpa para pelaut itu tidak diketahui
persis tahun terjadinya. Namun, paling tidak, penyerangan monster
raksasa terhadap sebuah kapal tidak bisa dibilang sebagai mitos semata.
Selain kisah lukisan di Kapel St.Thomas, Mr.Monfort juga menceritakan
perjumpaan lain dengan makhluk serupa cumi atau gurita raksasa yang
dialami oleh kapten Jean-Magnus Dens dari Denmark yang bertemu dengan
makhluk itu juga di lepas pantai Angola. Makhluk raksasa itu menyerang
kapal mereka dan bahkan berhasil membunuh tiga awaknya.
Para awak kapal yang lain tidak tinggal diam dan segera mengambil
meriam dan menembakkannya ke monster itu berulang-ulang hingga ia
menghilang ke dalam lautan.
Kapten Dens memperkirakan monster itu memiliki panjang 11 meter.
Kisah lain terjadi pada tanggal 30 November 1861. Ketika sedang berlayar di kepulauan Canary, para awak kapal Perancis, Alencton,
menyaksikan seekor monster laut raksasa berenang tidak jauh dari kapal.
Para pelaut segera menyiapkan peluru dan mortir yang kemudian
ditembakkannya ke arah monster itu.
Monster yang ketakutan dengan segera berenang menjauh. Namun, kapal
Alencton segera diarahkan untuk mengejarnya. Ketika mereka berhasil
mendekatinya, garpu-garpu besi segera dihujamkan ke tubuh monster itu
dan jaring segera dilemparkan. Ketika para awak mengangkat jaring itu,
tubuh monster itu patah dan hancur yang kemudian segera jatuh ke dalam
air dengan menyisakan hanya sebagian dari tentakelnya.
Ketika kapal itu mendarat dan tentakel itu diperlihatkan kepada
komunitas ilmuwan, mereka sepakat kalau para awak kapal mungkin telah
menyaksikan seekor cumi raksasa dengan panjang sekitar 8 meter.
Pada bulan Oktober 1873, seorang nelayan bernama Theophile Piccot
dan anaknya berhasil menemukan tentakel cumi raksasa di Newfoundland.
Setelah diukur, para peneliti menyimpulkan kalau hewan itu kemungkinan
memiliki panjang hingga 11 meter.
Pada tahun 1924, Frank T.Bullen menerbitkan sebuah
buku yang berjudul The Cruise of the Chacalot. Dalam buku ini, Bullen
menceritakan sebuah kisah luar biasa yang disebut terjadi pada tahun
1875. Kisah ini membuat Kraken mendapatkan musuh abadinya, yaitu Paus Penyembur (Sperm Whale).
Menurut Bullen, pada tahun 1875 ia sedang berada di sebuah kapal yang
sedang berlayar di selat Malaka. Ketika malam bulan purnama, ia melihat
ada sebuah riakan besar di air.
“Ada gerakan besar di dalam laut saat purnama. Aku
meraih teropong malam yang selalu siap di gantungannya. Aku melihat
seekor paus penyembur besar sedang terlibat perang hebat dengan seekor
cumi-cumi yang memiliki tubuh hampir sebesar paus itu. Kepala paus itu
terlihat lincah seperti tangan saja layaknya. Paus itu terlihat sedang
menggigit tentakel cumi itu dengan sistematis. Di samping kepalanya yang
hitam, juga terlihat kepala cumi yang besar. Mengerikan, aku tidak
pernah membayangkan ada cumi dengan kepala sebesar itu.”
Mendengar kesaksian Bullen, kita mungkin tergoda untuk mengatakan
kalau ia membesar-besarkan atau mungkin mengarangnya saja. Namun, pada
Oktober 2009, komunitas ilmuwan menyadari kalau kisah yang diceritakan
Bullen mungkin memang bukan sekedar cerita fiksi. Cumi raksasa memang
bermusuhan dengan Paus Penyembur.
Di wilayah perairan di pulau Bonin di Jepang, para peneliti kelautan
berhasil mendapatkan foto-foto langka yang memperlihatkan seekor paus
penyembur sedang menyantap seekor cumi raksasa yang diperkirakan
memiliki panjang 9 meter.
Dendam lama tidak pernah berakhir.
Giant Squid, Colossal Squid dan Giant Octopus
Sekarang, mari kita sedikit mengenal lebih jauh tiga teman raksasa
kita yang mungkin telah memicu legenda Kraken. Saya akan mulai dari
Giant Squid atau Cumi raksasa. Giant Squid atau Cumi-cumi raksasa Giant Squid atau cumi-cumi raksasa
yang berasal dari genus Architeuthis ini memiliki 8 spesies dan
diketahui bisa memiliki panjang hingga 13 meter bagi yang betina dan 10
meter untuk yang jantan. Ukuran ini dihitung dari sirip caudal hingga
ujung tentakelnya. Namun, ukuran cumi ini bisa jadi lebih besar daripada
yang diperkirakan.
Pada tahun 1880, potongan tentakel ditemukan di Selandia Baru dan
diperkirakan merupakan milik dari cumi raksasa yang memiliki panjang 18
meter. Ukuran yang sangat luar biasa!
Ide kalau seekor cumi raksasa bisa menenggelamkan sebuah kapal
mungkin terdengar mengada-ngada pada zaman ini. Namun, pada abad
pertengahan, ukuran kapal tidak sebesar yang kita miliki sekarang.
Contohnya, kapal Columbus yang bernama Pinta hanya memiliki panjang 18
meter. Sebuah cumi sepanjang 10-15 meter sudah bisa dipastikan dapat
menyerang dan menenggelamkan kapal ini dengan mudah.
Perilaku giant Squid ini hampir tidak pernah dikenal sebelumnya
hingga pada tahun 2004 ketika para ilmuwan Jepang berhasil mendapatkan
556 foto makhluk ini dalam keadaan hidup. Cumi-cumi tersebut
terperangkap dalam sebuah jebakan yang dibuat. Ketika ia berhasil lolos,
salah satu tentakelnya yang memiliki panjang 5,5 meter putus. Dari
panjang ini, para ilmuwan tersebut memperkirakan kalau makhluk itu
memiliki panjang 8 meter. Colossal Squid atau Cumi Kolosal
Apabila kita mengira Cumi raksasa sudah memiliki ukuran yang luar
biasa, maka, perkenalkan makhluk yang satu ini, Colossal Squid atau Cumi
kolosal.
Makhluk ini memiliki nama latin Mesonychoteuthis hamiltoni
dan para ilmuwan percaya kalau makhluk ini bisa bertumbuh hingga paling
tidak memiliki panjang 14 meter. Ini membuatnya menjadi hewan
invertebrata terpanjang di dunia. Walaupun demikian, para ilmuwan tidak
bisa memastikan hingga seberapa panjang hewan ini bisa bertumbuh.
Mengenai Colossal Squid, Dr.Steve O’Shea, ahli cumi dari Auckland University berkata:
“Sekarang kita tahu kalau makhluk ini memiliki ukuran
yang lebih besar dibanding Giant Squid. Giant Squid bukan lagi cumi
terbesar di luar sana. Sekarang kita memiliki sesuatu yang lebih besar.
Bahkan bukan cuma sekedar besar, tetapi benar-benar jauh lebih besar.”
Colossal Squid di foto di atas ditangkap di Laut Ross dan memiliki
panjang mantel 2,5 meter. Ukuran ini termasuk luar biasa karena Giant
Squid terbesar yang diketahui hanya memiliki panjang mantel 2,25 meter.
Lagipula, Colossal Squid di atas dipercaya masih dapat bertambah panjang
hingga mencapai ukuran yang jauh lebih besar.
Jika ada Kraken di luar sana, maka bisa dipastikan kalau Colossal Squid adalah tersangka paling utamanya. Lalu, apa bedanya Giant Squid dan Colossal Squid?
Giant Squid hanya memiliki tentakel yang memiliki lubang penghisap
dan gigi-gigi kecil, sedangkan Colossal Squid memiliki tentakel yang
juga dilengkapi dengan kait yang tajam. Beberapa kait bahkan memiliki 3
ujung.
Selain dua jenis Cumi-cumi di atas, makhluk yang satu ini juga
memiliki tentakel dan bisa bertumbuh dalam ukuran yang luar biasa, yaitu
Giant Octopus. Giant Octopus atau Gurita Raksasa
Giant Octopus atau gurita raksasa bisa bertumbuh hingga memiliki
panjang 9 meter. Panjang ini cukup membuatnya menjadi monster yang
ditakuti oleh para pelaut. Makhluk inilah yang dipercaya Monfort sebagai
monster yang menyerang para pelaut Norwegia di lepas pantai Angola yang
lukisannya tergantung di Kapel St.Thomas.
Bangkai ini terdampar di pantai St.Augustine, Florida tahun 1896. Dipercaya sebagai Giant Octopus
Pada masa kini, teori mengenai Cumi atau Gurita raksasa dianggap
sebagai penjelasan yang paling masuk akal mengenai legenda Kraken.
Jika kita beranggapan kalau legenda Eropa yang mengatakan kalau
Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau sebagai “membesar-besarkan”,
maka mungkin misteri Kraken memang sudah terpecahkan.
Tetapi, bagaimana kita bisa memastikannya?
Mungkin tidak ada monster legendaris yang lebih mengerikan
dibandingkan dengan Kraken, penguasa lautan yang membuat para pelaut
bergidik ketakutan. Apa yang menarik dari legenda Kraken adalah adanya
kemungkinan kalau legenda ini mungkin memang berdasarkan pada sesuatu
yang nyata. Kraken adalah seekor monster yang digambarkan
sebagai makhluk raksasa yang berdiam di lautan wilayah Islandia dan
Norwegia. Makhluk ini disebut sering menyerang kapal yang lewat dengan
cara menggulungnya dengan tentakel raksasanya dan menariknya ke bawah.
Kata Kraken sendiri berasal dari Kata “Krake” dari
bahasa Skandinavia yang artinya merujuk kepada hewan yang tidak sehat
atau sesuatu yang aneh. Kata ini masih digunakan di dalam bahasa jerman
modern untuk merujuk kepada Gurita.
Begitu populernya makhluk ini sampai-sampai ia sering disinggung di dalam film-film populer seperti Pirates of the Caribbean atau Clash of The Titans. Jika ada makhluk raksasa penguasa lautan, maka Krakenlah namanya. Karakter Kraken
Kita mungkin mengira Kraken hanyalah sebuah bagian dari dongeng, namun
sebenarnya tidak demikian. Sebutan Kraken pertama kali muncul dalam buku
Systema Naturae yang ditulis Carolus Linnaeus pada tahun 1735.
Mr. Linnaeus adalah orang yang pertama kali mengklasifikasi makhluk
hidup ke dalam golongan-golongannya. Dalam bukunya itu, ia
mengklasifikasikan Kraken ke dalam golongan Chepalopoda dengan nama
latin Microcosmus. Jadi, boleh dibilang kalau Kraken memiliki tempat di
dalam sains modern.
Erik Ludvigsen Pontopiddan, Uskup Bergen yang juga seorang naturalis, pernah menulis di dalam bukunya Natural History of Norway yang terbit tahun 1752 kalau Kraken “tidak bisa disangkal, adalah monster laut terbesar yang pernah dikenal“.
Menurut Pontopiddan, Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau yang
terapung dan memiliki tentakel seperti bintang laut. Ia juga
menyebutkan kalau makhluk ini bisa menggulung kapal yang lewat dengan
tentakelnya dan menariknya ke dasar lautan. Namun, menurut Pontopiddan,
bahaya terutama dari Kraken adalah riak air yang dashyat ketika ia
menyelam ke dalam laut. Riak itu bisa menenggelamkan kapal yang ada di
dekatnya.
Menariknya, selain menggambarkan Kraken sebagai makhluk yang
berbahaya, Pontopiddan juga menulis mengenai sisi lain dari makhluk
misterius ini. Ia menyebutkan kalau ikan-ikan di laut suka berada di
dekat Kraken. Karena itu juga, para nelayan Norwegia yang mengetahui hal
ini suka mengambil risiko untuk menangkap ikan dengan membawa kapalnya
hingga berada tepat di atas Kraken.
Jika mereka pulang dengan membawa hasil tangkapan yang banyak, para
penduduk desa tahu kalau para nelayan tersebut pastilah telah menangkap
ikan tepat di atas Kraken.
Sejak lama, makhluk ini hanya dianggap sebagai bagian dari Mitologi
kuno yang setara dengan sebuah dongeng. Namun ketika sisa-sisa bangkai
monster ini terdampar di pantai Albaek, Denmark, Pada tahun 1853, para
ilmuwan mulai menyadari kalau legenda mengenai Kraken mungkin memang
berdasarkan pada sesuatu yang nyata, yaitu cumi-cumi raksasa (Giant Squid), cumi-cumi kolosal (Colossal Squid) atau Gurita raksasa (Giant Octopus).
Seberapa besarkan seekor cumi atau gurita bisa bertumbuh?
Benarkan mereka bisa menyerang sebuah kapal besar seperti yang digambarkan di film-film?
Penampakan Signifikan
Pada tahun 1801, Pierre Denys de Montfort yang
menyelidiki subjek mengenai Kraken menemukan kalau di Kapel St.Thomas di
St.Malo, Brittany, Perancis, ada sebuah lukisan yang menggambarkan
seekor gurita raksasa sedang menyerang sebuah kapal dengan cara
menggulungnya dengan tentakelnya. Insiden yang tergambar dalam lukisan
tersebut ternyata berdasarkan pada peristiwa nyata.
Dikisahkan
kalau kapal tersebut adalah kapal Norwegia yang sedang berada di lepas
pantai Angola. Ketika mendapatkan serangan tak terduga tersebut, para
pelaut di atas kapal lalu membuat sebuah kaul untuk St.Thomas yaitu jika
mereka dapat terlepas dari bahaya ini, mereka akan melakukan perjalanan
ziarah.
Para awak kapal kemudian mengambil kapak dan mulai melawan monster
itu dengan memotong tentakel-tentakelnya. Monster itupun pergi. Sebagai
pemenuhan atas kaul itu, para awak kemudian mengunjungi Kapel St.Thomas
di Britanny dan menggantung lukisan itu sebagai ilustrasi atas peristiwa
yang menimpa mereka.
Sayangnya, peristiwa yang menimpa para pelaut itu tidak diketahui
persis tahun terjadinya. Namun, paling tidak, penyerangan monster
raksasa terhadap sebuah kapal tidak bisa dibilang sebagai mitos semata.
Selain kisah lukisan di Kapel St.Thomas, Mr.Monfort juga menceritakan
perjumpaan lain dengan makhluk serupa cumi atau gurita raksasa yang
dialami oleh kapten Jean-Magnus Dens dari Denmark yang bertemu dengan
makhluk itu juga di lepas pantai Angola. Makhluk raksasa itu menyerang
kapal mereka dan bahkan berhasil membunuh tiga awaknya.
Para awak kapal yang lain tidak tinggal diam dan segera mengambil
meriam dan menembakkannya ke monster itu berulang-ulang hingga ia
menghilang ke dalam lautan.
Kapten Dens memperkirakan monster itu memiliki panjang 11 meter.
Kisah lain terjadi pada tanggal 30 November 1861. Ketika sedang berlayar di kepulauan Canary, para awak kapal Perancis, Alencton,
menyaksikan seekor monster laut raksasa berenang tidak jauh dari kapal.
Para pelaut segera menyiapkan peluru dan mortir yang kemudian
ditembakkannya ke arah monster itu.
Monster yang ketakutan dengan segera berenang menjauh. Namun, kapal
Alencton segera diarahkan untuk mengejarnya. Ketika mereka berhasil
mendekatinya, garpu-garpu besi segera dihujamkan ke tubuh monster itu
dan jaring segera dilemparkan. Ketika para awak mengangkat jaring itu,
tubuh monster itu patah dan hancur yang kemudian segera jatuh ke dalam
air dengan menyisakan hanya sebagian dari tentakelnya.
Ketika kapal itu mendarat dan tentakel itu diperlihatkan kepada
komunitas ilmuwan, mereka sepakat kalau para awak kapal mungkin telah
menyaksikan seekor cumi raksasa dengan panjang sekitar 8 meter.
Pada bulan Oktober 1873, seorang nelayan bernama Theophile Piccot
dan anaknya berhasil menemukan tentakel cumi raksasa di Newfoundland.
Setelah diukur, para peneliti menyimpulkan kalau hewan itu kemungkinan
memiliki panjang hingga 11 meter.
Pada tahun 1924, Frank T.Bullen menerbitkan sebuah
buku yang berjudul The Cruise of the Chacalot. Dalam buku ini, Bullen
menceritakan sebuah kisah luar biasa yang disebut terjadi pada tahun
1875. Kisah ini membuat Kraken mendapatkan musuh abadinya, yaitu Paus Penyembur (Sperm Whale).
Menurut Bullen, pada tahun 1875 ia sedang berada di sebuah kapal yang
sedang berlayar di selat Malaka. Ketika malam bulan purnama, ia melihat
ada sebuah riakan besar di air.
“Ada gerakan besar di dalam laut saat purnama. Aku
meraih teropong malam yang selalu siap di gantungannya. Aku melihat
seekor paus penyembur besar sedang terlibat perang hebat dengan seekor
cumi-cumi yang memiliki tubuh hampir sebesar paus itu. Kepala paus itu
terlihat lincah seperti tangan saja layaknya. Paus itu terlihat sedang
menggigit tentakel cumi itu dengan sistematis. Di samping kepalanya yang
hitam, juga terlihat kepala cumi yang besar. Mengerikan, aku tidak
pernah membayangkan ada cumi dengan kepala sebesar itu.”
Mendengar kesaksian Bullen, kita mungkin tergoda untuk mengatakan
kalau ia membesar-besarkan atau mungkin mengarangnya saja. Namun, pada
Oktober 2009, komunitas ilmuwan menyadari kalau kisah yang diceritakan
Bullen mungkin memang bukan sekedar cerita fiksi. Cumi raksasa memang
bermusuhan dengan Paus Penyembur.
Di wilayah perairan di pulau Bonin di Jepang, para peneliti kelautan
berhasil mendapatkan foto-foto langka yang memperlihatkan seekor paus
penyembur sedang menyantap seekor cumi raksasa yang diperkirakan
memiliki panjang 9 meter.
Dendam lama tidak pernah berakhir.
Giant Squid, Colossal Squid dan Giant Octopus
Sekarang, mari kita sedikit mengenal lebih jauh tiga teman raksasa
kita yang mungkin telah memicu legenda Kraken. Saya akan mulai dari
Giant Squid atau Cumi raksasa. Giant Squid atau Cumi-cumi raksasa Giant Squid atau cumi-cumi raksasa
yang berasal dari genus Architeuthis ini memiliki 8 spesies dan
diketahui bisa memiliki panjang hingga 13 meter bagi yang betina dan 10
meter untuk yang jantan. Ukuran ini dihitung dari sirip caudal hingga
ujung tentakelnya. Namun, ukuran cumi ini bisa jadi lebih besar daripada
yang diperkirakan.
Pada tahun 1880, potongan tentakel ditemukan di Selandia Baru dan
diperkirakan merupakan milik dari cumi raksasa yang memiliki panjang 18
meter. Ukuran yang sangat luar biasa!
Ide kalau seekor cumi raksasa bisa menenggelamkan sebuah kapal
mungkin terdengar mengada-ngada pada zaman ini. Namun, pada abad
pertengahan, ukuran kapal tidak sebesar yang kita miliki sekarang.
Contohnya, kapal Columbus yang bernama Pinta hanya memiliki panjang 18
meter. Sebuah cumi sepanjang 10-15 meter sudah bisa dipastikan dapat
menyerang dan menenggelamkan kapal ini dengan mudah.
Perilaku giant Squid ini hampir tidak pernah dikenal sebelumnya
hingga pada tahun 2004 ketika para ilmuwan Jepang berhasil mendapatkan
556 foto makhluk ini dalam keadaan hidup. Cumi-cumi tersebut
terperangkap dalam sebuah jebakan yang dibuat. Ketika ia berhasil lolos,
salah satu tentakelnya yang memiliki panjang 5,5 meter putus. Dari
panjang ini, para ilmuwan tersebut memperkirakan kalau makhluk itu
memiliki panjang 8 meter. Colossal Squid atau Cumi Kolosal
Apabila kita mengira Cumi raksasa sudah memiliki ukuran yang luar
biasa, maka, perkenalkan makhluk yang satu ini, Colossal Squid atau Cumi
kolosal.
Makhluk ini memiliki nama latin Mesonychoteuthis hamiltoni
dan para ilmuwan percaya kalau makhluk ini bisa bertumbuh hingga paling
tidak memiliki panjang 14 meter. Ini membuatnya menjadi hewan
invertebrata terpanjang di dunia. Walaupun demikian, para ilmuwan tidak
bisa memastikan hingga seberapa panjang hewan ini bisa bertumbuh.
Mengenai Colossal Squid, Dr.Steve O’Shea, ahli cumi dari Auckland University berkata:
“Sekarang kita tahu kalau makhluk ini memiliki ukuran
yang lebih besar dibanding Giant Squid. Giant Squid bukan lagi cumi
terbesar di luar sana. Sekarang kita memiliki sesuatu yang lebih besar.
Bahkan bukan cuma sekedar besar, tetapi benar-benar jauh lebih besar.”
Colossal Squid di foto di atas ditangkap di Laut Ross dan memiliki
panjang mantel 2,5 meter. Ukuran ini termasuk luar biasa karena Giant
Squid terbesar yang diketahui hanya memiliki panjang mantel 2,25 meter.
Lagipula, Colossal Squid di atas dipercaya masih dapat bertambah panjang
hingga mencapai ukuran yang jauh lebih besar.
Jika ada Kraken di luar sana, maka bisa dipastikan kalau Colossal Squid adalah tersangka paling utamanya. Lalu, apa bedanya Giant Squid dan Colossal Squid?
Giant Squid hanya memiliki tentakel yang memiliki lubang penghisap
dan gigi-gigi kecil, sedangkan Colossal Squid memiliki tentakel yang
juga dilengkapi dengan kait yang tajam. Beberapa kait bahkan memiliki 3
ujung.
Selain dua jenis Cumi-cumi di atas, makhluk yang satu ini juga
memiliki tentakel dan bisa bertumbuh dalam ukuran yang luar biasa, yaitu
Giant Octopus. Giant Octopus atau Gurita Raksasa
Giant Octopus atau gurita raksasa bisa bertumbuh hingga memiliki
panjang 9 meter. Panjang ini cukup membuatnya menjadi monster yang
ditakuti oleh para pelaut. Makhluk inilah yang dipercaya Monfort sebagai
monster yang menyerang para pelaut Norwegia di lepas pantai Angola yang
lukisannya tergantung di Kapel St.Thomas.
Bangkai ini terdampar di pantai St.Augustine, Florida tahun 1896. Dipercaya sebagai Giant Octopus
Pada masa kini, teori mengenai Cumi atau Gurita raksasa dianggap
sebagai penjelasan yang paling masuk akal mengenai legenda Kraken.
Jika kita beranggapan kalau legenda Eropa yang mengatakan kalau
Kraken memiliki ukuran sebesar sebuah pulau sebagai “membesar-besarkan”,
maka mungkin misteri Kraken memang sudah terpecahkan.
Tetapi, bagaimana kita bisa memastikannya?